Minggu, 16 Oktober 2011

PNEUMONIA

1. Pengertian Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium)
2. Penyebab Pnemonia
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri). Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).
Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan atas:
• golongan umur,
• berat ringannya penyakit dan
• penyulit yang menyertainya (komplikasi).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah (Setiowulan, 2000).
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2004) antara lain:
a. Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju Sehat adalah :
1) Gizi Lebih
2) Gizi Baik
3) Gizi kurang
4) Gizi buruk
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban pecah dini dan persalinan preterm
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia.
d. Lingkungan tumbuh bayi
Lingkungan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat (www.infokes.com, 2006).
e. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif
3. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur, mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya penyakit.
Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat,pernapasan cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi kebiruan (sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak di atas 5 tahun).
4. Pencegahan
Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya sangat mirip dengan Flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan memperhatikan tips berikut :
a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI.

Kandungan Lektin Pada Pisang Dapat Menghambat Virus HIV




(Kandungan Lektin Pada Pisang Dapat Menghambat Virus HIV) – Dalam penelitian para ahli menunjukkan bahwa pisang memiliki zat lektin sebagai penghambat infeksi virus HIV. Hasil penemuan tersebut diharapkan dapat membuka jendela baru dalam pencegahan infeksi HIV yang sampai sekarang belum ada obatnya. Para peneliti dari University of Michigan Medical School tertarik pada lektin, dimana zat kimia tersebut secara alami ada di tanaman, karena kemampuannya dapat menghentikan rantai reaksi berbagai jenis infeksi. Hasil uji laboratorium menunjukkan, BanLec, lektin yang terdapat pada pisang, sama efektifnya dengan obat anti-HIV saat ini.
Saat ini angka infeksi baru HIV melebihi jumlah individu yang harus mengkonsumsi obat antiretroviral, yakni 2,5 banding 1, hingga kini belum ada vaksin atau obat untuk menyembuhkan HIV akan hadir dalam waktu dekat. Mungkin sekarang penggunaan kondom masih jadi pencegah penularan HIV yang paling efektif apabila digunakan secara konsisten dan benar. Cara pencegahan HIV lain yang juga efektif adalah mencegah penularan lewat vagina dan dubur dengan menggunakan obat yang mampu mencegah HIV masuk ke sel target. Dalam risetnya para peneliti dari Michigan University ini menunjukkan cara kerja lektin yang bisa mengenali penyerang dari luar tubuh, seperti virus, dan menyerangnya sebagai patogen, hal ini bisa dikembangkan untuk mengenali virus HIV.
Pisang dapat Menghambat Infeksi HIV, selain memiliki potensi yang sama dengan obat anti-HIV saat ini, lektin yang banyak terdapat pada pisang ini juga lebih mudah didapat serta harganyapun relatif murah untuk diproduksi sebagai obat yang bisa dijangkau masyarakat luas. Lektin dari pisang ini diyakini lebih efektif apabila dipakai dalam komponen obat pencegah virus HIV yang dioles di alat kelamin atau dubur. Erwin J Goldstein, PhD, profesor kimia biologi mengungkapkan bahwa “Masalah yang dihadapi oleh obat anti-HIV adalah kemampuan virus untuk bermutasi dan menjadi kebal. Namun, hal tersebut bisa dicegah oleh lektin. Lektin bisa menempel pada gula yang ditemukan pada berbagai titik sampul HIV-1 dan diperkirakan butuh mutasi yang berlipat bagi virus untuk mendapatkannya”.

PENGARUH PEMBERIAN POCARI SWEAT TERHADAP KUALITAS HIS PERSALINAN

Abstrak

Masalah utama dari penelitian ini adalah beberapa memperpanjang tahap I pada fase aktif persalinan. Tujuannya
penelitian adalah menganalisis berbeda kualitasnya antara keringat tambahan Pocari dan tidak
melahirkan. Penelitian desain yang digunakan pra-eksperimen, dengan perbandingan kelompok statis. para
Populasi adalah semua ibu hamil perencanaan di pusat kesehatan masyarakat Gemarang Madiun.
Variabel independen tambahan Pocari Sweat, variabel dependen adalah kualitas nya aktif
tahap I fase dalam persalinan. Ukuran sampel adalah 26 responden. Data kualitasnya diamati oleh
partograf. Data dianalisis dengan menggunakan uji t independen dan tingkat signifikan p £ 0,05.
Hasilnya menunjukkan bahwa keringat tambahan Pocari meningkat intensitas-nya (p = 0,01), yang
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa di sana Pocari Sweat suplemantary cepat proses stadium I
saat melahirkan

Latar Belakang

Kala I fase aktif umumnya berlangsung selama enam jam (Mochtar,1998:94). Pada fase
ini kontraksi his timbul secara teratur dengan peningkatan frekuensi dan durasi sehingga
menyebabkan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm/jam (Saifuddin, 2002:N-13).
Permasalahannya adalah banyak kasus ibu bersalin primipara, fase aktif dialami lebih dari
enam jam dan percepatan pembukaan serviks kurangd ari 1 cm/jam. Penyebab utama dari
kasus ini adalah his inadekuat.
Banyak upaya untuk mengefektifkan his antara lain; teknik ambulasi, perubahan posisi,
mengosongkan kandung kemih, stimulasi putting, dan pemberian makan dan minum (Anonim,
2000:3-24). Mengurangi stressor dan kelelahan ibu juga efektif meningkatkan frekuensi his
(Saifuddin, 2002). Akhir-akhir ini banyak bidan menganjurkan ibu bersalin mengkonsumsi
suplemen minuman pocari sweat, ternyata hasilnya baik, namun sampai saat ini kajian
teorinya belum diketahui secara jelas. Pemberian pocari sweat pada saat persalinan
merupakan terobosan baru, namun pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas his masih
memerlukan suatu pembuktian ilmiah.
Besarnya kasus persalinan dengan his inadekuat di wilayah Puskesmas Gemarang
Madiun dalam satu tahun terakhir ± 40% dari seluruh persalinan normal. Dampak masalah bila
tidak diatasi adalah terjadinya perpanjangan kala I, angka kasusnya mencapai 80%,
persalinan macet (5%), perdarahan post partum (10%), anemia masa nifas (5%). Untuk
Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 26
mengatasi hal ini berdasarkan hasil diskusi komunitas kebidanan di Madiun, diperbolehkan
untuk melakukan terobosan baru dengan pemberian pocari sweat pada ibu saat bersalin.
Beberapa faktor penyebab his inadekuat karena faktor sekunder antara lain; kandung
kencing penuh, pengaruh obat-obatan, posisi berbaring, kurangnya asupan makanan dan
minuman menjelang proses persalinan, kelelahan dan dehidrasi.


Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran kualitas his persalinan setelah pemberian pocari sweat?
2. Apakah ada perbedaan kualitas his persalinan pada ibu bersalin dengan pemberian pocari
sweat dan tanpa pocari sweat ?
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kualitas his persalinan ibu bersalin dengan pemberian pocari sweat
2. Mengidentifikasi kualitas his persalinan ibu bersalin tanpa pemberian pocari sweat
3. Menganalisis perbedaan kualitas his persalinan pada ibu bersalin dengan pemberian pocari
sweat dan tanpa pocari sweat.


Bahan dan metode

Jenis penelitian adalah pra-eksperimen dengan rancangan static group comparison.
Populasi dalam penelitian adalah ibu hamil usia kehamilan 38 minggu di wilayah Puskesmas
Gemarang Madiun. Kriteria populasi, primipara, usia ibu 21-25 tahun, TBJ 2500-3300 gram,
kehamilan fisiologis, tidak ada penyakit penyerta, belum pernah minum pocari sweat selama
kehamilan, ANC 4 x, TB > 145 cm, tidak pernah senam hamil berdosis. Besar sampel 26 ibu
hamil yang diambil secara simple random sampling.
Variabel independen adalah pemberian pocari sweat, variabel dependen adalah kualitas
his persalinan, yang dikumpulkan melalui Partograf yang diobservasi tiap 30 menit sekali.
Dosis pemberian pocari sweat ditentukan sebanyak 15 gram/200 ml/jam, diberikan saat fase
aktif kala I. Kelompok kontrol hanya diberi teh manis atau air mineral.
Analisa data untuk mengetahui perbedaan kualitas his kedua kelompok menggunakan uji
independent sample T-test dengan tingkat kemaknaan p£0,05.


Hasil penelitian dan pembahasan

Rata-rata frekuensi observasi his persalinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mendapat intervensi pocari sweat
mempunyai rata-rata frekuensi observasi his 7,54 kali, sedangkan kelompok control 9,77 kali,
Karakteristik Ibu Hamil Rata-rata frekuensi observasi Keterangan
Kelompok perlakuan 7,54 kali Observasi his dilakukan
setiap30 Kelompok kontrol 9,77 kali menit sekali
Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 27
Rata-rata lama his persalinan
Rata-rata lama his setiap observasi pada kelompok perlakuan selama 39,5 detik,
sedangkan kelompok control rata-rata his setiap observasi selama 35,08 detik. Perbedaan
rata-rata lama his kedua kelompok seperti Tabel 2.
Karakteristik Ibu Hamil Rata-rata lama his sekali observasi Keterangan
Kelompok perlakuan 39,5 detik <20 detik = his kurang 20-40 detik = his cukup >40 detik = his baik
Kelompok kontrol 35,08 detik
Perbedaan kualitas his Persalinan
Lama kala I Fase Aktif
Lama kala I fase aktif kelompok perlakuan adalah 3,7 jam lebih cepat dibanding
kelompok kontrol yaitu 4,9 jam. Gambaran perbedaan tersebut sebagaimana Tabel 3.
Karakteristik Ibu Hamil Lama persalinan Keterangan
Kelompok perlakuan 3,7 jam
Kelompok kontrol 4,9 jam
Dari hasil independent sample T-test disimpulkan terdapat perbedaan kualitas his persalinan
pada ibu bersalin dengan pemberian pocari sweat dan tanpa pocari sweat dengan p=0,01,
artinya pemberian suplemen pocari sweat mempercepat proses persalinan kala I fase aktif.
Hasil pemantauan pada kelompok intervensi menunjukkan rata-rata frekuensi his 4 kali
dalam 10 menit dengan intensitas yang baik selama 39,58 detik sedangkan pada kelompok
control rata-rata frekuensi his 3 kali dalam 10 menit dengan intensitas his selama 35,08 detik.
Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 28
Perbedaan ini disebabkan karena kondisi ibu dengan intervensi pocari sweat jauh lebih baik
dengan asupan cairan dan penyerapan yang cukup dibandingkan dengan ibu yang hanya
mengkonsumsi minuman mineral atau teh manis. Sejak awal lamanya his belum melebihi 40
detik, namun sebenarnya kedua kelompok lama his dikategorikan cukup baik.
Menurut Wiknjosastro (2005:174) jika persalinan dimulai, maka frekuensi dan amplitude
his meningkat sampai 60 mmHg pada akhir kala I dan his 2-4 kontraksi tiap 10 menit. Lama
his meningkat dari hanya 20 detik pada awal inpartu menjadi 60 detik pada akhir kala I. His
yang sempurna dan efektif adalah bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi sehingga
kontraksi otot polos uterus simetris dengan dominasi di fundus uteri. Amplitudo berkisar antara
40-60 mmHg dan berlangsung selama 60 detik dengan jangka waktu 2-4 menit. Fase relaksasi
amplitude kurang dari 12 mmHg. Jika frekuensi dan amplitude his tinggi maka akan
mengurnagi pertukaran oksigen antara uterus dan plasenta sehingga janin akan kekurangan
oksigen. Janin akan mengalami hipoksia dan timbullah gawat janin.
Frekuensi observasi his pada kelompok perlakuan jauh lebih besar dibanding kelompok
control. Keadaan ini sangat menguntungkan karena stressor persalinan akan berkurang
sehingga menambah kenyamanan saat bersalin bagi ibu dan keluarga (pendamping). His
yang efektif memberikan perasaan nyaman pada ibu karena nyeri akibat proses persalinan
berkurang. Menurut Saiffudin (2002) peran penolong sangat dibutuhkan untuk memberikan
perasaan nyaman tersebut. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kala I fase katif pada
kelompok perlakuan lebih cepat (3,76 jam : 4,96 jam). Waktu persalinan lebih cepat tidak
menyebabkan kelelahan, sehingga proses metabolisme untuk menghasilkan energi masih
menggunakan jalur fosforilasi oksidatif. Jalur ini memungkinkan energi (ATP) yang dihasilkan
lebih banyak dibanding saat ibu mengalami fase kelelahan.
Menurut Klein dalam Prichard (1993), persalinan merupakan pekerjaan berat yang
banyak menggunakan cairan dalam tubuh. Cairan yangd apat membuat ibu merasa lebih baik
saat persalinan antara lain; air kelapa, air gula, madu, jus buah, pepermin. Kondisi dehidrasi
membuat persalinan berjalan lambat dan lebih menyakitkan. Seorang ibu saat bersalin
memerlukan dukungan secara fisik dan psikis. Dukungan tersebut salah satunya adalah
pemberian minuman untuk memenuhi kecukupan energi. Pocari sweat ternyata dapat
meningkatkan proses metabolisme sekaligus mengganti ion tubuh yang hilang. Proses
metabolisme melalui jalur pompa natrium-kalium di dalam sel otot polos. Proses kontraksi otot
polos dipercepat dengan kecukupan ion kalsium yang tersedia dari minuman pocari sweat.
Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan kelelahan otot. Proses ini terjadi
akibat ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme sel otot. Apabila kekurangan ATP,
maka potensial aksi otot dan syaraf menjadi lemah, bila hal ini terjadi di otot polos miometrium
mengakibatkan his melemah dan inadekuat. Hambatan aliran darah yang menuju oto yang
sednag kontraksi juga mengakibatkan kelelahan otot. Kelelahan ini diakibatkan oleh produk
asam laktat. Produk ini dihasilkan dari proses an-aerob. Oleh karena itu pada saat proses
persalinan selain perlunya minuman untuk pengganti ion, maka diusahakan jalur metabolisme
untuk menghasilkan ATP bersifat aerob. Hal demikian perlu latihan selama perawatan
kehamilan. Senam hamil yang berdosis bila ditunjang dengan pemberian pocari sweat dan
proses pendampingan yang bermutu mampu mengurangi stressor persalinan sehingga proses
persalinan menjadi nyaman dan menyenangkan karena rasa sakit dan nyeri akan berkurang.
Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 29


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kualitas his persalinan pada kelompok dengan pemberian pocari sweat menunjukkan ratarata
frekuensi dan intensitas baik dibanding kelompok tanpa pemberian pocari sweat.
2. Frekuensi observasi his persalinan pada kelompok dengan pemberian pocari sweat lebih
seedikit dibanding kelompok tanpa pemberian pocari sweat.
3. Lama kala I fase aktif pada pada kelompok dengan pemberian pocari sweat menunjukkan
rata-rata lebih cepat dibanding kelompok tanpa pemberian pocari sweat.
Saran
Hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian pocari sweat memperbaiki kualitas his,
maka bagi Bidan sebaiknya dalam merawat ibu bersalin pada kala I fase aktif mengharuskan
ibu untuk mengkonsumsi pocari sweat sesuai dosis.